Jumat, 27 Februari 2015

Mensucikan Jiwa (Tazkiyatun Nafs)


Segala puji bagi Allah swt,shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad Rasulullah saw beserta keluarga,sahabat dan pengikutnya hingga akhir zaman. Tulisan kali ini akan sedikit membahas tentang penyucian jiwa,penulis sangat terdorong sekali untuk mencoba membuat tulisan tentang penyucian jiwa,meskipun bukan tulisan yang sempurna,semoga tulisan ini bermanfaat buat penulis sendiri dan kita semua...amiin. Intisari dari segala bentuk ibadah kepada Allah adalah sarana pensucian jiwa/hati,sebagai contoh dalam hadits Rasulullah saw bersabda: 
Abu Hurairah ra berkata: Saya telah mendengar Rasulullah bersabda: "Bagaimanakah pendapat kamu kalau di muka pintu (rumah) salah satu dari kamu ada sebuah sungai, dan ia mandi daripadanya tiap hari lima kali, apakah masih ada tertinggal kotorannya? Jawab sahabat: Tidak. Sabda Nabi saw: "Maka demikianlah perumpamaan shalat lima waktu, Allah menghapus dengannya dosa-dosa". (HR. Bukhari dan Muslim). 
Dari hadits di atas nampak sekali bahwa misi utama penegakan shalat adalah menyangkut tazkiyatun nafs. Artinya, dengan shalat secara benar (sesuai sunnah), ikhlas dan khusyu', jiwa akan menjadi bersih, yang digambarkan Rasulullah saw seperti mandi di sungai lima kali. Sebuah perumpamaan atas terhapusnya kotoran-kotoran dosa dari jiwa. Secara demikian, bisa kita bayangkan kalau ibadah shalat ini ditambah dengan shalat-shalat sunnah. Tentu nilai kebersihan jiwa yang diraih lebih banyak lagi. Kalau diteliti lagi masih banyak sekali ibadah dalam syariat Islam yang muara akhirnya adalah pembersihan jiwa. Karena mensucikan jiwa/hati adalah kebutuhan mutlak saat ini maka dakwah jangan hanya berdimensi pengajaran (ta’limah). Dakwah harus menyentuh hal yang sangat mendasar, yaitu pembersihan penyakit hati (tazkiyah). Bahkan, dimensi tazkiyah ini dalam banyak hal harus lebih didahulukan dari pada pengajaran Allah Ta’ala berfirman: ”Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan (tazkiyah) mereka dan mengajarkan (ta’lim) mereka Kitab dan Hikmah (As Sunnah)...” (QS. Al-Jumu’ah 62: 2) 
Mengapa tazkiyah lebih dahulu dari ta’lim? Karena ilmu adalah cahaya,dia tidak akan masuk kedalam jiwa yang kotor,oleh karena itu disarankan untuk berdoa terlebih dahulu (tazkiyah) sebelum belajar ilmu agar ilmu itu dapat meresap bukan hanya dimengerti otak tapi juga dihayati di dalam jiwa. Dalam suatu hadits Rasulullah SAW bersabda, “Dalam diri manusia itu ada segumpal darah, yang apabila baik maka baik seluruhnya, tetapi apabila buruk maka buruk seluruhnya, itulah “qalb”(hati). (HR. Bukhari)

dari hadits ini hati menjadi tolak ukur baik atau tidaknya jiwa,jika hatinya baik maka jiwanya pun akan baik. Quraish Shihab mengatakan dalam bukunya “Wawasan al-Quran” bahwa “nafs adalah "sisi dalam" manusia, kalbu pun demikian, hanya saja kalbu berada dalam satu kotak tersendiri yang berada dalam kotak besar nafs”. Memang dalam bahasan yang sering penulis temukan jika ingin menyucikan jiwa berarti juga menyucikan hati karena hati (qalb) merupakan bagian kecil dari jiwa (nafs),oleh karena itu penulis akan mengkhususkan ke penyucian hati (qalb),karena hati merupakan sentral kebaikan seperti hadits Rasulullah saw diatas. “Ali bin Abi Thalib r.a. menceritakan bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Tiada satu hati pun kecuali memiliki awan seperti awan menutupi bulan. Walaupun bulan bercahaya, tetapi karena hatinya ditutup oleh awan, ia menjadi gelap. Ketika awannya menyingkir, ia pun kembali bersinar.” (H.R.Bukhari dan Muslim) Hadits ini memberikan ilustrasi yang sangat indah. Hati manusia itu sesungguhnya bersih atau bersinar, namun suka tertutupi oleh awan kemaksitan hingga sinarnya menjadi tidak tampak. Oleh sebab itu, kita harus berusaha menghilangkan awan yang menutupi cahaya hati kita.

Cara Mensucikan Jiwa


1. Introspeksi / Muhasabah
Allah SWT berfirman :“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Q.S.Al-Hasyr (59) : 18) Introspeksi diri dalam bahasa arab disebut Muhasabah,introspeksi disini bukan hanya untuk kejadian yang lalu tapi juga yang akan datang (akhirat). Penulis khususkan introspeksi disini adalah untuk penyucian hati,karena dengan introspeksi hati berarti kita berusaha untuk menyucikan hati yang akan berdampak bagi perbuatan amal ibadah kita dan akhirnya berdampak bagi masa depan kita (kehidupan akhirat).Sadar atau tidak semua manusia mempunyai penyakit di dalam hatinya,entah berupa kesombongan,kikir dan lain-lain yang dapat mengotori hati dan jika ini tidak dideteksi atau kita melakukan muhasabah maka akan berakibat sulitnya kita untuk menerima cahaya petunjuk dari Allah dan semakin tenggelam dalam dosa-dosa. Oleh karena itu perlulah kita melakukan muhasabah,semakin sering semakin baik agar kita dapat mengevaluasi apa yang telah,sedang dan akan kita lakukan,apabila kita melakukan kesalahan-kesalahan maka kita memohon ampun kepada Allah agar hati kita tidak tenggelam dalam kesalahan terus-menerus dan berusaha untuk melakukan perbaikan.

2. Perbaikan Diri / Taubat
Perbaikan diri dalam bahasa populer disebut taubat. Ini merupakan tindak lanjut dari introspeksi diri. Ketika melakukan introspeksi diri, kita akan menemukan kekurangan atau kelemahan diri kita. Nah, kekurangan-kekurangan tersebut harus kita perbaiki secara bertahap. Alangkah rugi kalau kita hanya pandai mengidentifikasi kelemahan diri tapi tidak memperbaikinya.

Allah SWT berfirman:“Hai orang-orang yang beriman, Bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkah kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai,..” (Q.S.At-Tahrim 66:8) Rasulullah saw bersabda: "Sesungguhnya jika seorang mukmin berbuat dosa, itu adalah suatu noda hitam pada hatinya. Jika kemudian ia bertobat dan meninggalkan perilaku dosanya itu, serta memohon ampun kepada Allah, maka hatinya akan kembali bersih mengkilat. Namun jika ia terus melakukan dosa, maka bertambah pula noda hitamnya, sampai noda tersebut meliputi hatinya..." (H.R. Ibnu Majah dan Ahmad). Tidak ada manusia yang tidak pernah melakukan kesalahan dan dosa,hanya saja seorang mukmin yang benar apabila ia melakukan kesalahan atau dosa maka dia cepat untuk menyadari kesalahannya dan memohon ampun kepada Allah dan tidak mengulanginya seperti firman-Nya: “Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.” (QS Ali Imran (3):135) Bagaimana jika dia melakukan kesalahan yang sama lagi?,ada ulama yang mengatakan bahwa hidup hakekatnya adalah proses menjauh dan mendekatnya seorang hamba kepada Allah,jika kita berbuat dosa maka kita menjauh dan jika kita bertaubat maka kita mendekat. Setan selalu membuat kita menjauh dari Allah. Allah tidak akan pernah bosan dengan hamba-Nya yang selalu memohon ampun kepada-Nya dan selalu membukakan rahmat dan ampunan-Nya bagi orang-orang yang mau berlaku jujur dalam mengakui kesalahan-kesalahannya,dan dengan sadar berusaha untuk memperbaiki semua kesalahan-kesalahannya.

3.Tadabbur Al Qur’an
Tadabbur Al Qur’an artinya menelaah isi Al-Qur’an, lalu menghayati dan mengamalkannya. Kita dapat mempelajari isi kandungan Al-Qur’an di majelis-majelis ta’lim yang membahas kitab tafsir,agar kita memahami isi dan maksud dari suatu ayat. Atau sekarang sudah banyak sekali buku-buku kitab tafsir yang beredar dan diterjemahkan,jika kita bisa membeli buku-buku lain dengan banyak lalu mengapa kita tidak mau menyisihkan uang untuk kita memperdalam ilmu Al-Qur’an,dan jangan lupa adakan perbandingan antara tafsir yang satu dengan yang lain agar kita lebih luas wawasannya dan lebih mengerti tentang makna yang dikandungnya,dan lebih baik lagi bila ada yang membimbing (guru yang luas wawasannya dalam ilmu Al-Qur’an) dalam pengkajian tersebut agar tidak terjadi salah faham dalam pengertian. Dan ingatlah,dalam proses pembel ajaran kita harus “netral” dalam artian kita tidak cepat mengambil kesimpulan dari satu sudut pandang,kita harus melihat dari banyak sudut yang lain. Karena boleh jadi ada perbedaan penafsiran. (kok jadi bicara tafsir ya..kembali ke topik) Hati itu bagaikan tanaman yang harus dirawat dan dipupuk. Nah, di antara pupuk hati adalah tadabbur Qur’an. Allah menyebutkan orang-orang yang tidak mau mentadabburi Qur’an sebagai orang yang tertutup hatinya. Artinya, kalau hati kita ingin terbuka dan bersinar, maka tadabburi Qur’an.

“Mengapa mereka tidak tadabbur (memperhatikan) Al-Qur’an, ataukah hati mereka terkunci atau tertutup.” (Q.S.Muhammad 47 : 24)

4.Menjaga Kelangsungan Amal Saleh
Amal saleh adalah setiap ucapan atau perbuatan yang dicintai dan diridoi Allah swt. Apabila kita ingin memiliki hati yang bening, jagalah keberlangsungan amal saleh sekecil apapun amal tersebut. Misalnya, kalau kita suka rawatib, lakukan terus sesibuk apapun, kalau kita biasa pergi ke majelis ta’lim, kerjakan terus walau pekerjaan kita menumpuk. Rasulullah saw bersabda, “…Beramallah semaksimal yang kamu mampu, karena Allah tidak akan bosan sebelum kamu bosan, dan sesungguhnya amal yang paling dicintai Allah adalah amal yang kontinyu (terus-menerus) walaupun sedikit.” (H.R. Bukhari) Istiqamah memang sesuatu yang sangat sulit,mempertahankan lebih sulit daripada membangun,mempertahankan amal saleh agar kontinyu lebih sulit lagi,dalam beramal juga ada ujian dan inilah ujiannya,harus kontinyu,pondasi yang kuat tentu tidak akan mudah roboh ditempa angin kencang sekalipun,tapi terkadang tempaan angin terus-menerus dapat membuat pondasi menjadi berkarat dan akhirnya lama-kelamaan roboh. Untuk konsisten dalam beramal kita harus pandai menyucikan hati dan itulah gunanya tulisan ini,karena setan selalu menggoda lewat hati,kalau tazkiyah berfungsi maka insya Allah kita dapat istiqamah dalam beribadah dan beramal.

5.Mengisi Waktu dengan Zikir
Zikir artinya ingat atau mengingat. Dzikrullah artinya selalu mengingat Allah. Ditinjau dari segi bentuknya, ada dua macam zikir. Pertama, zikir Lisan, artinya ingat kepada Allah dengan melafadzkan ucapan-ucapan zikir seperti Subhannallah, Alhamdulillah, Allahu Akbar, Laa Ilaaha illallah, dll. Kedua, Zikir Amali, artinya zikir (ingat) kepada Allah dalam bentuk penerapan ajaranajaran Allah swt. dalam kehidupan. Hati akan bening kalau hidup selalu diisi dengan zikir lisan dan amali. “Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyakbanyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan petang.” (Q.S.Al-Ahzab 33 : 41-42). “Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku, niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepadaKu, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.” (Al-Baqarah 2 :152) Cobalah kita perhatikan dalam agama Islam,seluruh aktivitas kita sebenarnya ada unsur zikir didalamnya,bangun tidur baca doa,masuk dan keluar kamar mandi baca doa,berpakaian baca doa,bercermin baca doa,mau makan baca doa,selesai makan baca doa,keluar rumah baca doa,naik kendaraan baca doa,melihat sesuatu kejadian di jalan baca doa dan seterusnya samapai kita tidur kembali baca doa,doa adalah salah satu unsur zikir kepada Allah. secara tidak langsung kita dididik untuk senantiasa berzikir kepada Allah.

6. Bergaul dengan Orang-Orang Saleh
Lingkungan akan mempengaruhi perilaku seseorang. Karena itu, kebeningan hati erat juga kaitannya dengan siapakah yang menjadi sahabat-sahabat kita. Kalau kita bersahabat dengan orang yang jujur, amanah, taat pada perintah Allah, tekun bekerja, semangat dalam belajar, dll., diharapkan kita akan terkondisikan dalam atmosfir (suasana) kebaikan. Sebaliknya, kalau kita bergaul dengan orang pendendam, pembohong, pengkhianat, lalai akan ajaran-ajaran Allah, dll., dikhawatirkan kita pun akan terseret arus kemaksiatan tersebut. Kerena itu, Allah swt.. mengingatkan agar kita bergaul dengan orang-orang saleh seperti dikemukakan dalam ayat berikut. “Dan bersabarlah dirimu bersama orang-orang yang menyeru Tuhan mereka di waktu pagi dan petang, mereka mengharapkan keridoan-Nya, dan janganlah kamu palingkan kedua matamu dari mereka karena menghendaki perhiasan hidup dunia. Dan janganlah engkau mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta menuruti hawa nafsunya; dan adalah keadaan itu melewati batas.” (Q.S. Al-Kahfi 18 : 28) kita boleh berteman dengan siapa saja,hanya saja untuk menjadikan teman akrab maka Islam menganjurkan agar kita memilih teman akrab. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Seseorang itu berada di atas agama teman dekatnya, maka hendaknya setiap kalian memperhatikan kepada siapa dia berteman.” (HR. Abu Dawud, Tirmidzi dan lain-lain dihasankan al-Albani di dalam as-Shahihah [927] as-Syamilah)

7. Berbagi Kasih dengan Fakir, Miskin, dan Yatim
Berbagi cinta dan ceria dengan saudara-saudara kita yang fakir, miskin, dan yatim merupakan cara yang sangat efektif untuk meraih kebeningan hati, sebab dengan bergaul bersama mereka kita akan merasakan penderitaan orang lain. Rasulullah saw. bersabda, “Abu Hurairah r.a. bercerita, bahwa seseorang melaporkan kepada Rasulullah saw. tentang kegersangan hati yang dialaminya. Beliau saw. menegaskan, “Bila engkau mau melunakkan (menghidupkan) hatimu, beri makanlah orang-orang miskin dan sayangi anak-anak yatim.” (H.R. Ahmad).

8.Mengingat Mati
Modal utama manusia adalah umur. Umur merupakan bahan bakar untuk mengarungi kehidupan. Kebeningan hati berkaitan erat dengan kesadaran bahwa suatu saat bahan bakar kehidupan kita akan manipis dan akhirnya habis. Kesadaran ini akan menjadi pemacu untuk selalu membersihkan hati dari awan kemaksiatan yang menghalangi cahaya hati. Rasulullah saw. menganjurkan agar sering berziarah supaya hati kita lembut dan bening. 
“Anas r.a. mengatakan bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Dulu, aku pernah melarang kalian berziarah ke kuburan. Namun sekarang, berziarahlah, karena ia dapat melembutkan hati, mencucurkan air mata, dan mengingatkan akan hari akhirat.” (H.R.Hakim) Ziarah disini adalah ziarah yang didalamnya murni untuk mengingat mati,bukan yang didalamnya dicampur dengan kemusyrikan-kemusyrikan dengan meminta dikuburan dan menjadikan kuburan sebagai keramat dll.

9. Menghadiri Majelis Ilmu
Hati itu bagaikan tanaman, ia harus dirawat dan dipupuk. Di antara pupuk hati adalah ilmu. Karena itu, menghadiri majelis ilmu akan menjadi media pensucian hati. Rasulullah saw. menyebutkan bahwa Allah swt. akan menurunkan rahmat, ketenangan dan barakah pada orang-orang yang mau menghadiri majelis ilmu dengan ikhlas. “Tidak ada kaum yang duduk untuk mengingat Allah, kecuali malakikat akan menghampirinya, meliputinya dengan rahmat dan diturunkan ketenangan kepada mereka, dan Allah akan menyebutnya pada kumpulan (malaikat) yang ada di sisi-Nya.” (H.R. Muslim)

10. Berdo’a kepada Allah swt.
Allah swt. Maha Berkuasa untuk membolak balikan hati seseorang. Karena itu sangat logis kalau kita diperintahkan untuk meminta kepada-Nya dijauhkan dari hati yang busuk dan diberi hati yang hidup dan bening. Menurut Ummu salamah r.a,. do’a yang sering dibaca Rasulullah saat meminta kebeningan hati adalah: “Ya Muqallibal quluub, tsabbit qalbii ‘alaa diinika” (Wahai yang membolak balikkan qalbu, tetapkanlah hatiku berpegang pada agama-Mu). Perhatikan riwayat berikut,. ”Syahr bin Hausyab r.a. mengatakan bahwa ia pernah bertanya kepada Ummu Salamah, “Wahai ibu orang-orang yang beriman, do’a apa yang selalu diucapkan Rasulullah saw. saat berada di sampingmu?” Ia menjawab: “Do’a yang banyak diucapkannya ialah, ‘Ya Muqallibal quluub, tsabbit qalbii ‘alaa diinika (Wahai yang membolak-balikkan qalbu, tetapkanlah qalbuku pada agama-Mu).” ” Ummu Salamah melanjutkan, “Aku pernah bertanya juga, “Wahai Rasulullah, alangkah seringnya engkau membaca do’a: “Ya Muqallibal quluub, tsabbit qalbii ‘alaa diinika.” Beliau menjawab: “Wahai Ummu Salamah, tidak ada seorang manusia pun kecuali qalbunya berada antara dua jari Tuhan Yang Maha Rahman. Maka siapa saja yang Dia kehendaki, Dia luruskan, dan siapa yang Dia kehendaki, Dia biarkan dalam kesesatan.” (H.R.Ahmad dan Tirmidzi. Menurutnya hadits ini hasan) Selain do’a di atas, Ibnu Abbas r.a. menceritakan bahwa ketika menginap di rumah Rasulullah saw., ia pernah mendengar beliau mengucapkan do’a berikut :‬ “Ya Allah, jadikanlah di dalam hatiku cahaya, di lidahku cahaya, di pendengaranku cahaya, di penglihatanku cahaya. Jadikan di belakangku cahaya, di hadapanku cahaya, dari atasku cahaya, dan dari bawahku cahaya. Ya Allah berikan kepadaku cahaya.” (H.R.Muslim) akhir kata semua kebenaran datangnya dari Allah swt. Tulisan ini sebagian diambil dari ceramah Ust. Aam Amiruddin,dengan tambahan dari penulis,semoga bermanfaat bagi kita semua..amiin ‫

Rabu, 04 Februari 2015

Tujuan Hidup Manusia Menurut Islam 

 

Di dalam pekerjaan kita sehari-hari,entah apa posisi kita dalam suatu pekerjaan pasti ada "job desk",tugas dan tanggung jawab dan "goal" dari suatu pekerjaan. Seperti itulah juga kita sebagai manusia yang diciptakan Allah dimuka bumi ini. Allah menciptakan kita di muka bumi ini dengan maksud dan tujuan tertentu,bukan sekedar main-main seperti firman Allah :
"Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?"(QS.23:115)
"Dan tidaklah Kami ciptakan langit dan bumi dan segala yang ada di antara keduanya dengan bermain-main" (QS.21:16)
Penulis hanya mengulas sedikit tentang tujuan penciptaan/hidup,fungsi,tugasdan tanggungjawab manusia di muka bumi ini,karena cakupan ini sangat luas sekali.

Apa Tujuan Hidup Manusia?

Mungkin banyak dari kita yang bertanya "sebenernya kita hidup untuk apaan sih..?? atau mau ngapain sih kita di dunia ini..??,apa iya kita hidup di dunia ini tidak ada tujuan..?? itu adalah pertanyaan yang normal dipertanyakan atau bahkan harus dipertanyakan,kita menciptakan mobil saja pasti ada tujuannya,oleh karena itu manusia diciptakan oleh Allah pasti memiliki tujuan.
Tujuan penciptaan manusia tiada lain adalah untuk beribadah kepada Allah seperti firman-Nya: "Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi/beribadah kepada-Ku".(QS.51:56)
Di dalam segala aktivitas kita diatur agar aktivitas kita bernilai ibadah,menurut penulis tidak ada suatu agama yang mengatur aktivitas manusia serinci agama Islam,contoh kecil adalah kita dianjurkan untuk berdoa sebelummakan dan sesudahnya,sebelum tidur dan sesudahnya,sebelum masuk kamar mandi dansesudahnya keluar,ketika ingin masuk rumah dan keluar rumah,ketika bercermin,ketika naik kendaraan,ketika hujan,ketika mendengar petir,ketika hendak berhubungan suami istri,bahkan orang bersinpun didoakan (salingjawab-menjawab) dan masih banyak yang lainnya,apa ada selain agama Islam yang mengatur aktivitas kehidupan manusia serinci itu..???
Itulah bukti kesempurnaan Islam..
"Katakanlah: sesungguhnya shalatku,ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam."(QS.6:162).
Dalam mengarungi perjalanan hidup manusia sering lupa tentang tujuan hidupnya / penciptaannya,mungkin karena kerasnya ujian dan cobaan yang membuat manusia terlupa dan putus asa atau terlena dengan nikmat-nikmat yang diberikanAllah sehingga lupa akan tujuan penciptaanya. Kalau kita mengetahui bahwa kita diciptakan untuk beribadah,dan orientasinya adalah untuk Allah kita hidup ini sesuai dengan (QS.6:162) di atas,tentu kita tidak akan berlama-lama dalam kesedihan,dan terbuai dengan kebebasan-kebebasan dan kesenangan-kesenangan,dan tidak akan menghalalkan segala cara (selalu berhati-hati),aktivitasnya selalu ingin diridhai Allah. Tapi di dunia ini ada setan dan para pengikutnya yang akan menghalangi agar aktivitas kita jauh dari ridha Allah atau bahkan tidak diridhai Allah,yaitu dengan membuat manusia lupa dengan Tuhannya,tujuan hidupnya,tugas dan kewajibannya dan membuat manusia cinta kepada dunia dan lupapada kehidupan yang hakiki (akhirat).

Fungsi/ Peran Manusia

Di dalam suatu perusahaan atau organisasi atau dalam rumah tangga kita semua pasti memiliki fungsi atau peran atau jabatan. Di dalam perusahaan ada yang berperan sebagai manager,supervisor,staff dan sebagainya. Begitu juga dalam rumah tangga ada suami,istri,anak,ayah,ibu.Begitu banyak peran kita di dunia ini,tapi itu semua adalah bukan peran pokok,lalu apa sih sebenarnya peran / fungsi kita sebagai manusia yang diciptakan oleh Allah? Atau jabatan kita sebagai manusia ciptaan Allah apa sih di dunia ini?
Fungsi / Peran kita di dunia ini tidak lainadalah sebagai khalifah seperti firman Allah SWT: "Dia-lah yang menjadikan kamu khalifah-khalifah di mukabumi...".(QS.35:39).
"Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi...".(QS.2:30).
Kata "khalifah" berakar dari kata"khulafa'" yang pada mulanya berarti "di belakang". Dari sini, kata khalifah seringkali diartikan sebagai "pengganti" (karena yang menggantikan selalu berada atau datang di belakang, sesudah yang digantikannya).Ini berarti manusia dijadikan oleh Allah sebagai pengganti/wakil untuk mengurus dan memakmurkan dunia dengan jalan melaksanakan sesuatu perbuatan yang diridhai-Nya di muka bumi ini. Seperti halnya seorang manager yang diberi peran oleh pemilik perusahaan untuk mengelola perusahaan dan menjadi wakil dari sipemilik perusahaan itu dan menjalankan prosedur sesuai dengan yang dikehendaki oleh pemilik perusahaan pula, setidaknya seperti itulah Allah memberi kita peran sebagai khalifah dimuka bumi.

Tugas danTanggungjawab Manusia

Sebelum menjelaskan tentang tugas dan tanggungjawab manusia,kita harus mengetahui dahulu kenapa kita diberi tugas dan tanggungjawab,kita lihat firmanAllah SWT:
"Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya,dan dipikullah amanat itu oleh manusia.Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh. (QS.33:72).
Ibn Abbas menuturkan bahwa Rasulullah Saw pernah bersabda:
"Allah berfirman kepada Adam: Wahai Adam,Aku telah mengemukakan amanat kepada langit dan bumi, tetapi mereka tidak sanggup mengembannya. Apakah engkau sanggup mengembannya dengan apa yang ada didalamnya??
Adam bertanya, ?Apa yang ada di dalamnya,wahai Rabb-ku??
Allah menjawab, ?Jika engkau mengembannya maka engkau diberi pahala dan jika engkau mengabaikannya maka engkau akan diazab.?
Adam lalu mengembannya dengan apa yang adadi dalamnya. Adam tidak tinggal di Surga kecuali seukuran antara shalat yang pertama sampai shalat Ashar hingga setan mengeluarkannya dari surga. (HR.at-Tirmidzi).
Berdasarkan hadis ini, Ibn Abbas berpendapat, bahwa amanah dalam ayat ini maknanya adalah kewajiban-kewajiban dimana seorang hamba diberi amanah oleh Allah untuk melaksanakannya.
Al-Qurthubi dan sebagian mufassir mengatakan bahwa "amanah" dalam ayat itu adalah seluruh tugas-tugas keagamaan.
Ath-Thabathaba'i, ketika menafsirkan ayat tersebut,ia mengemukakan bermacam-macam pengertian dari amanah, yaitu: (1) tugas-tugas/beban kewajiban,sehingga bila orang mau mematuhinya, maka akan dimasukkan ke dalam surga,sebaliknya bila melanggarnya akan dimasukkan ke neraka; (2) akal, yangmerupakansendi bagi pelaksanaan tugas-tugas/beban kewajiban dan tempat bergantungnyapahala dan siksa; (3) kalimah "La ilaaha illa Allah; (4)anggota-anggotabadan, termasuk di dalamnya alat-alat potensial atau potensi-potensi dasar manusia, yang mampu mengemban dan melaksanakan amanah dari Allah yang harusdijaga dan hanya digunakan dalam batas-batas yang diridlai olehNya; (5)ma'rifah kepada Allah. Pengertian yang keempat itulah,menurut Ath-Thabathaba'i, yang lebih mendekati kebenaran.
Al-Raghib al-Asfahani, pakar bahasaal-Qur'an, mengemukakan beberapapengertian tentang amanah, yaitu: (1) kalimahtauhid; (2) al-'adalah (menegakkankeadilan); (3) akal. Menurut Al-Asfahani,bahwa pengertian yang ketiga itulahyang benar, karena dengan akal bisa tercapai ma'rifah tauhid, bisa terwujudkan keadilan dan mampu menjangkau berbagai ilmu pengetahuan dan sebagainya, bahkanakal inilah yang membedakan manusia dengan makhluk yang lain.
Dari beberapa pendapat ahli tafsir tersebut dapat difahami bahwa tugas hidup manusia yang merupakan amanah dari Allah itu pada intinya ada dua macam, yaitu :sebagai Abdullah (menyembah atau mengabdi kepada Allah), dan sebagai Khalifah Allah, yang keduanya harus dilakukan dengan penuh tanggung jawab.

1.Tugas Manusia Sebagai Hamba Allah ('Abdullah)

Kenapa kita diberi tugas sebagai hambaAllah..?, untuk menjawab pertanyaanini kita lihat dulu firman Allah SWT:" Dan(ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman):"Bukankah Aku iniTuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (EngkauTuhan kami), kami menjadi saksi." (Kami lakukan yang demikian itu) agar dihari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)"(QS.7:172)
Di ayat ini kita (di alam ruh) sudah bersaksi bahwa Allah adalah Tuhan kitadan kita bersedia tunduk dan patuhpada-Nya,oleh karena itu kalau manusia maukonsisten terhadap perjanjiannya daneksistensi dirinya atau naturnya,maka salahsatu tugas hidup yang harusdilaksanakannya adalah 'abdullah (hamba Allah yangsenantiasa tunduk dan patuhkepada aturan dan KehendakNya serta hanya mengabdikepadaNya).
Hanya saja diri manusia juga telah dianugerahi kemampuan dasar untuk memilih atau mempunyai "kebebasan" seperti firman Allah:
"maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu(jalan) kefasikan dan ketakwaannya, sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya."(Q.S. al-Syams: 8-10), dans ehingga walaupun roh Ilahi yang melekat pada tubuh material manusia telah melakukan perjanjian dengan Allah (untuk bersedia tunduk dan taat kepadaNya),tetapi ketundukannya kepada Allah tidaklah terjadi secara otomatis dan pasti sebagaimana robot, melainkan karena pilihan dan keputusannya sendiri. Dan manusia itu dalam perkembangannya dari waktu-kewaktu suka melupakan perjanjian tersebut, sehingga pilihannya ada yang mengarah kepada pilihan baiknya (jalan ketaqwaan) dan ada pula yang mengarah kepada pilihan buruknya (jalan kefasikan).Karena itu Allah selalu mengingatkan kepada manusia, melalui para Nabi atau Rasul-rasulNya sampai dengan Nabi Muhammad SAW,agar manusia senantiasa tetap berada pada naturnya sendiri, yaitu taat, patuh dan tunduk kepada Allah SWT.

2.Tugas Manusia Sebagai Khalifah

Tugas manusia sebagai khalifah banyak sekali,tugas-tugas kekhalifahan tersebut menyangkut tugas kekhalifahan terhadap diri sendiri,tugas kekhalifahan dalam keluarga/rumah tangga,tugas kekhalifahan dalam masyarakat,dan tugas kekhalifahan terhadap alam.
#Tugas Kekhalifahan terhadap diri sendiri:
(1) Menuntut ilmu pengetahuan (QS.16:43)
(2) Memakan makanan yang halal(QS.2:168)
#Tugas Kekhalifahan dalam Keluarga / Rumahtangga:
(1) Menjaga keluarga dari siksaneraka (QS.66:6)
#Tugas Kekhalifahan dalam masyarakat:
(1) Mewujudkan persatuan dan kesatuan umat (QS.49:10)
(2) Tolong-menolongdalam kebajikan (QS.5:2)
(3) MenegakkanKeadilan (QS.4:135)
(4) Bertanggungjawab terhadap amar ma'ruf nahi munkar (QS.3:104,110)
#Tugas Kekhalifahan terhadap alam:
(1) Tidakberbuat kerusakan di muka bumi (QS.28:77), (QS.30:41)
Dan masih banyak lagi tugas yang mencakup tugas-tugas diatas,penulis hanya memaparkan beberapa saja,terlihat sangat berat sekali tugas-tugas kita sebagai khalifah,itu kenapa langit dan bumi dan gunung-gunung enggan menerima tugas-tugas itu,tapi Allah memberikan tugas itu kepada manusia karena manusia dianggap mampu menunaikannya. Dengan mengirimkan para Nabi dan Rasul sebagai contoh dan suri tauladan dan adanya Al-Qur'an sebagai petunjuk dan diberikannya potensi akal dan hati diharapkan manusia mampu malaksanakan tugasnya sebagai khalifah Allah dimuka bumi dan Allah tidak membebani manusia diluar kesanggupannya seperti firman Allah SWT: "Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya..." (QS.2:286)
Ini hanyalah tulisan kecil saja,akan menjadi pembahasan yang panjang jika kita merincinya satu per satu dan ini karena pengetahuan penulis yang masih terbatas,intinya SOP sebagai khalifah (standard operating procedure)-nya ada di dalam Al-Qur'an dan telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW.
Mari kita tutup dengan doa agar kita semua sadar dan diberikan kemampuan untuk menunaikan tugas-tugas yang diamanahkan Allah SWT..
"...Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami,janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Berima'aflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami,maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir." (QS.2:286)