Jumat, 27 Februari 2015

Mensucikan Jiwa (Tazkiyatun Nafs)


Segala puji bagi Allah swt,shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad Rasulullah saw beserta keluarga,sahabat dan pengikutnya hingga akhir zaman. Tulisan kali ini akan sedikit membahas tentang penyucian jiwa,penulis sangat terdorong sekali untuk mencoba membuat tulisan tentang penyucian jiwa,meskipun bukan tulisan yang sempurna,semoga tulisan ini bermanfaat buat penulis sendiri dan kita semua...amiin. Intisari dari segala bentuk ibadah kepada Allah adalah sarana pensucian jiwa/hati,sebagai contoh dalam hadits Rasulullah saw bersabda: 
Abu Hurairah ra berkata: Saya telah mendengar Rasulullah bersabda: "Bagaimanakah pendapat kamu kalau di muka pintu (rumah) salah satu dari kamu ada sebuah sungai, dan ia mandi daripadanya tiap hari lima kali, apakah masih ada tertinggal kotorannya? Jawab sahabat: Tidak. Sabda Nabi saw: "Maka demikianlah perumpamaan shalat lima waktu, Allah menghapus dengannya dosa-dosa". (HR. Bukhari dan Muslim). 
Dari hadits di atas nampak sekali bahwa misi utama penegakan shalat adalah menyangkut tazkiyatun nafs. Artinya, dengan shalat secara benar (sesuai sunnah), ikhlas dan khusyu', jiwa akan menjadi bersih, yang digambarkan Rasulullah saw seperti mandi di sungai lima kali. Sebuah perumpamaan atas terhapusnya kotoran-kotoran dosa dari jiwa. Secara demikian, bisa kita bayangkan kalau ibadah shalat ini ditambah dengan shalat-shalat sunnah. Tentu nilai kebersihan jiwa yang diraih lebih banyak lagi. Kalau diteliti lagi masih banyak sekali ibadah dalam syariat Islam yang muara akhirnya adalah pembersihan jiwa. Karena mensucikan jiwa/hati adalah kebutuhan mutlak saat ini maka dakwah jangan hanya berdimensi pengajaran (ta’limah). Dakwah harus menyentuh hal yang sangat mendasar, yaitu pembersihan penyakit hati (tazkiyah). Bahkan, dimensi tazkiyah ini dalam banyak hal harus lebih didahulukan dari pada pengajaran Allah Ta’ala berfirman: ”Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan (tazkiyah) mereka dan mengajarkan (ta’lim) mereka Kitab dan Hikmah (As Sunnah)...” (QS. Al-Jumu’ah 62: 2) 
Mengapa tazkiyah lebih dahulu dari ta’lim? Karena ilmu adalah cahaya,dia tidak akan masuk kedalam jiwa yang kotor,oleh karena itu disarankan untuk berdoa terlebih dahulu (tazkiyah) sebelum belajar ilmu agar ilmu itu dapat meresap bukan hanya dimengerti otak tapi juga dihayati di dalam jiwa. Dalam suatu hadits Rasulullah SAW bersabda, “Dalam diri manusia itu ada segumpal darah, yang apabila baik maka baik seluruhnya, tetapi apabila buruk maka buruk seluruhnya, itulah “qalb”(hati). (HR. Bukhari)

dari hadits ini hati menjadi tolak ukur baik atau tidaknya jiwa,jika hatinya baik maka jiwanya pun akan baik. Quraish Shihab mengatakan dalam bukunya “Wawasan al-Quran” bahwa “nafs adalah "sisi dalam" manusia, kalbu pun demikian, hanya saja kalbu berada dalam satu kotak tersendiri yang berada dalam kotak besar nafs”. Memang dalam bahasan yang sering penulis temukan jika ingin menyucikan jiwa berarti juga menyucikan hati karena hati (qalb) merupakan bagian kecil dari jiwa (nafs),oleh karena itu penulis akan mengkhususkan ke penyucian hati (qalb),karena hati merupakan sentral kebaikan seperti hadits Rasulullah saw diatas. “Ali bin Abi Thalib r.a. menceritakan bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Tiada satu hati pun kecuali memiliki awan seperti awan menutupi bulan. Walaupun bulan bercahaya, tetapi karena hatinya ditutup oleh awan, ia menjadi gelap. Ketika awannya menyingkir, ia pun kembali bersinar.” (H.R.Bukhari dan Muslim) Hadits ini memberikan ilustrasi yang sangat indah. Hati manusia itu sesungguhnya bersih atau bersinar, namun suka tertutupi oleh awan kemaksitan hingga sinarnya menjadi tidak tampak. Oleh sebab itu, kita harus berusaha menghilangkan awan yang menutupi cahaya hati kita.

Cara Mensucikan Jiwa


1. Introspeksi / Muhasabah
Allah SWT berfirman :“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Q.S.Al-Hasyr (59) : 18) Introspeksi diri dalam bahasa arab disebut Muhasabah,introspeksi disini bukan hanya untuk kejadian yang lalu tapi juga yang akan datang (akhirat). Penulis khususkan introspeksi disini adalah untuk penyucian hati,karena dengan introspeksi hati berarti kita berusaha untuk menyucikan hati yang akan berdampak bagi perbuatan amal ibadah kita dan akhirnya berdampak bagi masa depan kita (kehidupan akhirat).Sadar atau tidak semua manusia mempunyai penyakit di dalam hatinya,entah berupa kesombongan,kikir dan lain-lain yang dapat mengotori hati dan jika ini tidak dideteksi atau kita melakukan muhasabah maka akan berakibat sulitnya kita untuk menerima cahaya petunjuk dari Allah dan semakin tenggelam dalam dosa-dosa. Oleh karena itu perlulah kita melakukan muhasabah,semakin sering semakin baik agar kita dapat mengevaluasi apa yang telah,sedang dan akan kita lakukan,apabila kita melakukan kesalahan-kesalahan maka kita memohon ampun kepada Allah agar hati kita tidak tenggelam dalam kesalahan terus-menerus dan berusaha untuk melakukan perbaikan.

2. Perbaikan Diri / Taubat
Perbaikan diri dalam bahasa populer disebut taubat. Ini merupakan tindak lanjut dari introspeksi diri. Ketika melakukan introspeksi diri, kita akan menemukan kekurangan atau kelemahan diri kita. Nah, kekurangan-kekurangan tersebut harus kita perbaiki secara bertahap. Alangkah rugi kalau kita hanya pandai mengidentifikasi kelemahan diri tapi tidak memperbaikinya.

Allah SWT berfirman:“Hai orang-orang yang beriman, Bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkah kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai,..” (Q.S.At-Tahrim 66:8) Rasulullah saw bersabda: "Sesungguhnya jika seorang mukmin berbuat dosa, itu adalah suatu noda hitam pada hatinya. Jika kemudian ia bertobat dan meninggalkan perilaku dosanya itu, serta memohon ampun kepada Allah, maka hatinya akan kembali bersih mengkilat. Namun jika ia terus melakukan dosa, maka bertambah pula noda hitamnya, sampai noda tersebut meliputi hatinya..." (H.R. Ibnu Majah dan Ahmad). Tidak ada manusia yang tidak pernah melakukan kesalahan dan dosa,hanya saja seorang mukmin yang benar apabila ia melakukan kesalahan atau dosa maka dia cepat untuk menyadari kesalahannya dan memohon ampun kepada Allah dan tidak mengulanginya seperti firman-Nya: “Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.” (QS Ali Imran (3):135) Bagaimana jika dia melakukan kesalahan yang sama lagi?,ada ulama yang mengatakan bahwa hidup hakekatnya adalah proses menjauh dan mendekatnya seorang hamba kepada Allah,jika kita berbuat dosa maka kita menjauh dan jika kita bertaubat maka kita mendekat. Setan selalu membuat kita menjauh dari Allah. Allah tidak akan pernah bosan dengan hamba-Nya yang selalu memohon ampun kepada-Nya dan selalu membukakan rahmat dan ampunan-Nya bagi orang-orang yang mau berlaku jujur dalam mengakui kesalahan-kesalahannya,dan dengan sadar berusaha untuk memperbaiki semua kesalahan-kesalahannya.

3.Tadabbur Al Qur’an
Tadabbur Al Qur’an artinya menelaah isi Al-Qur’an, lalu menghayati dan mengamalkannya. Kita dapat mempelajari isi kandungan Al-Qur’an di majelis-majelis ta’lim yang membahas kitab tafsir,agar kita memahami isi dan maksud dari suatu ayat. Atau sekarang sudah banyak sekali buku-buku kitab tafsir yang beredar dan diterjemahkan,jika kita bisa membeli buku-buku lain dengan banyak lalu mengapa kita tidak mau menyisihkan uang untuk kita memperdalam ilmu Al-Qur’an,dan jangan lupa adakan perbandingan antara tafsir yang satu dengan yang lain agar kita lebih luas wawasannya dan lebih mengerti tentang makna yang dikandungnya,dan lebih baik lagi bila ada yang membimbing (guru yang luas wawasannya dalam ilmu Al-Qur’an) dalam pengkajian tersebut agar tidak terjadi salah faham dalam pengertian. Dan ingatlah,dalam proses pembel ajaran kita harus “netral” dalam artian kita tidak cepat mengambil kesimpulan dari satu sudut pandang,kita harus melihat dari banyak sudut yang lain. Karena boleh jadi ada perbedaan penafsiran. (kok jadi bicara tafsir ya..kembali ke topik) Hati itu bagaikan tanaman yang harus dirawat dan dipupuk. Nah, di antara pupuk hati adalah tadabbur Qur’an. Allah menyebutkan orang-orang yang tidak mau mentadabburi Qur’an sebagai orang yang tertutup hatinya. Artinya, kalau hati kita ingin terbuka dan bersinar, maka tadabburi Qur’an.

“Mengapa mereka tidak tadabbur (memperhatikan) Al-Qur’an, ataukah hati mereka terkunci atau tertutup.” (Q.S.Muhammad 47 : 24)

4.Menjaga Kelangsungan Amal Saleh
Amal saleh adalah setiap ucapan atau perbuatan yang dicintai dan diridoi Allah swt. Apabila kita ingin memiliki hati yang bening, jagalah keberlangsungan amal saleh sekecil apapun amal tersebut. Misalnya, kalau kita suka rawatib, lakukan terus sesibuk apapun, kalau kita biasa pergi ke majelis ta’lim, kerjakan terus walau pekerjaan kita menumpuk. Rasulullah saw bersabda, “…Beramallah semaksimal yang kamu mampu, karena Allah tidak akan bosan sebelum kamu bosan, dan sesungguhnya amal yang paling dicintai Allah adalah amal yang kontinyu (terus-menerus) walaupun sedikit.” (H.R. Bukhari) Istiqamah memang sesuatu yang sangat sulit,mempertahankan lebih sulit daripada membangun,mempertahankan amal saleh agar kontinyu lebih sulit lagi,dalam beramal juga ada ujian dan inilah ujiannya,harus kontinyu,pondasi yang kuat tentu tidak akan mudah roboh ditempa angin kencang sekalipun,tapi terkadang tempaan angin terus-menerus dapat membuat pondasi menjadi berkarat dan akhirnya lama-kelamaan roboh. Untuk konsisten dalam beramal kita harus pandai menyucikan hati dan itulah gunanya tulisan ini,karena setan selalu menggoda lewat hati,kalau tazkiyah berfungsi maka insya Allah kita dapat istiqamah dalam beribadah dan beramal.

5.Mengisi Waktu dengan Zikir
Zikir artinya ingat atau mengingat. Dzikrullah artinya selalu mengingat Allah. Ditinjau dari segi bentuknya, ada dua macam zikir. Pertama, zikir Lisan, artinya ingat kepada Allah dengan melafadzkan ucapan-ucapan zikir seperti Subhannallah, Alhamdulillah, Allahu Akbar, Laa Ilaaha illallah, dll. Kedua, Zikir Amali, artinya zikir (ingat) kepada Allah dalam bentuk penerapan ajaranajaran Allah swt. dalam kehidupan. Hati akan bening kalau hidup selalu diisi dengan zikir lisan dan amali. “Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyakbanyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan petang.” (Q.S.Al-Ahzab 33 : 41-42). “Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku, niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepadaKu, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.” (Al-Baqarah 2 :152) Cobalah kita perhatikan dalam agama Islam,seluruh aktivitas kita sebenarnya ada unsur zikir didalamnya,bangun tidur baca doa,masuk dan keluar kamar mandi baca doa,berpakaian baca doa,bercermin baca doa,mau makan baca doa,selesai makan baca doa,keluar rumah baca doa,naik kendaraan baca doa,melihat sesuatu kejadian di jalan baca doa dan seterusnya samapai kita tidur kembali baca doa,doa adalah salah satu unsur zikir kepada Allah. secara tidak langsung kita dididik untuk senantiasa berzikir kepada Allah.

6. Bergaul dengan Orang-Orang Saleh
Lingkungan akan mempengaruhi perilaku seseorang. Karena itu, kebeningan hati erat juga kaitannya dengan siapakah yang menjadi sahabat-sahabat kita. Kalau kita bersahabat dengan orang yang jujur, amanah, taat pada perintah Allah, tekun bekerja, semangat dalam belajar, dll., diharapkan kita akan terkondisikan dalam atmosfir (suasana) kebaikan. Sebaliknya, kalau kita bergaul dengan orang pendendam, pembohong, pengkhianat, lalai akan ajaran-ajaran Allah, dll., dikhawatirkan kita pun akan terseret arus kemaksiatan tersebut. Kerena itu, Allah swt.. mengingatkan agar kita bergaul dengan orang-orang saleh seperti dikemukakan dalam ayat berikut. “Dan bersabarlah dirimu bersama orang-orang yang menyeru Tuhan mereka di waktu pagi dan petang, mereka mengharapkan keridoan-Nya, dan janganlah kamu palingkan kedua matamu dari mereka karena menghendaki perhiasan hidup dunia. Dan janganlah engkau mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta menuruti hawa nafsunya; dan adalah keadaan itu melewati batas.” (Q.S. Al-Kahfi 18 : 28) kita boleh berteman dengan siapa saja,hanya saja untuk menjadikan teman akrab maka Islam menganjurkan agar kita memilih teman akrab. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Seseorang itu berada di atas agama teman dekatnya, maka hendaknya setiap kalian memperhatikan kepada siapa dia berteman.” (HR. Abu Dawud, Tirmidzi dan lain-lain dihasankan al-Albani di dalam as-Shahihah [927] as-Syamilah)

7. Berbagi Kasih dengan Fakir, Miskin, dan Yatim
Berbagi cinta dan ceria dengan saudara-saudara kita yang fakir, miskin, dan yatim merupakan cara yang sangat efektif untuk meraih kebeningan hati, sebab dengan bergaul bersama mereka kita akan merasakan penderitaan orang lain. Rasulullah saw. bersabda, “Abu Hurairah r.a. bercerita, bahwa seseorang melaporkan kepada Rasulullah saw. tentang kegersangan hati yang dialaminya. Beliau saw. menegaskan, “Bila engkau mau melunakkan (menghidupkan) hatimu, beri makanlah orang-orang miskin dan sayangi anak-anak yatim.” (H.R. Ahmad).

8.Mengingat Mati
Modal utama manusia adalah umur. Umur merupakan bahan bakar untuk mengarungi kehidupan. Kebeningan hati berkaitan erat dengan kesadaran bahwa suatu saat bahan bakar kehidupan kita akan manipis dan akhirnya habis. Kesadaran ini akan menjadi pemacu untuk selalu membersihkan hati dari awan kemaksiatan yang menghalangi cahaya hati. Rasulullah saw. menganjurkan agar sering berziarah supaya hati kita lembut dan bening. 
“Anas r.a. mengatakan bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Dulu, aku pernah melarang kalian berziarah ke kuburan. Namun sekarang, berziarahlah, karena ia dapat melembutkan hati, mencucurkan air mata, dan mengingatkan akan hari akhirat.” (H.R.Hakim) Ziarah disini adalah ziarah yang didalamnya murni untuk mengingat mati,bukan yang didalamnya dicampur dengan kemusyrikan-kemusyrikan dengan meminta dikuburan dan menjadikan kuburan sebagai keramat dll.

9. Menghadiri Majelis Ilmu
Hati itu bagaikan tanaman, ia harus dirawat dan dipupuk. Di antara pupuk hati adalah ilmu. Karena itu, menghadiri majelis ilmu akan menjadi media pensucian hati. Rasulullah saw. menyebutkan bahwa Allah swt. akan menurunkan rahmat, ketenangan dan barakah pada orang-orang yang mau menghadiri majelis ilmu dengan ikhlas. “Tidak ada kaum yang duduk untuk mengingat Allah, kecuali malakikat akan menghampirinya, meliputinya dengan rahmat dan diturunkan ketenangan kepada mereka, dan Allah akan menyebutnya pada kumpulan (malaikat) yang ada di sisi-Nya.” (H.R. Muslim)

10. Berdo’a kepada Allah swt.
Allah swt. Maha Berkuasa untuk membolak balikan hati seseorang. Karena itu sangat logis kalau kita diperintahkan untuk meminta kepada-Nya dijauhkan dari hati yang busuk dan diberi hati yang hidup dan bening. Menurut Ummu salamah r.a,. do’a yang sering dibaca Rasulullah saat meminta kebeningan hati adalah: “Ya Muqallibal quluub, tsabbit qalbii ‘alaa diinika” (Wahai yang membolak balikkan qalbu, tetapkanlah hatiku berpegang pada agama-Mu). Perhatikan riwayat berikut,. ”Syahr bin Hausyab r.a. mengatakan bahwa ia pernah bertanya kepada Ummu Salamah, “Wahai ibu orang-orang yang beriman, do’a apa yang selalu diucapkan Rasulullah saw. saat berada di sampingmu?” Ia menjawab: “Do’a yang banyak diucapkannya ialah, ‘Ya Muqallibal quluub, tsabbit qalbii ‘alaa diinika (Wahai yang membolak-balikkan qalbu, tetapkanlah qalbuku pada agama-Mu).” ” Ummu Salamah melanjutkan, “Aku pernah bertanya juga, “Wahai Rasulullah, alangkah seringnya engkau membaca do’a: “Ya Muqallibal quluub, tsabbit qalbii ‘alaa diinika.” Beliau menjawab: “Wahai Ummu Salamah, tidak ada seorang manusia pun kecuali qalbunya berada antara dua jari Tuhan Yang Maha Rahman. Maka siapa saja yang Dia kehendaki, Dia luruskan, dan siapa yang Dia kehendaki, Dia biarkan dalam kesesatan.” (H.R.Ahmad dan Tirmidzi. Menurutnya hadits ini hasan) Selain do’a di atas, Ibnu Abbas r.a. menceritakan bahwa ketika menginap di rumah Rasulullah saw., ia pernah mendengar beliau mengucapkan do’a berikut :‬ “Ya Allah, jadikanlah di dalam hatiku cahaya, di lidahku cahaya, di pendengaranku cahaya, di penglihatanku cahaya. Jadikan di belakangku cahaya, di hadapanku cahaya, dari atasku cahaya, dan dari bawahku cahaya. Ya Allah berikan kepadaku cahaya.” (H.R.Muslim) akhir kata semua kebenaran datangnya dari Allah swt. Tulisan ini sebagian diambil dari ceramah Ust. Aam Amiruddin,dengan tambahan dari penulis,semoga bermanfaat bagi kita semua..amiin ‫

Tidak ada komentar:

Posting Komentar